Kita sering mendengar istilah, pesantren, pondok pesantren, madrasah, ma'had, ribat dan zawiyah dalam sistem pendidikan Islam. Di Indonesia yang lebih lebih sering digunakan adalah madrasah dan pesantren, apakah ada perbedaan antara dua istilah ini? atau hanya sebutan saja yang berbeda?
Secara umum sekolah pendidikan keagamaan Islam di Indonesia ada dua, yaitu madrasah dan pesantren, bedanya ada di porsi masukan pelajaran umumnya. Pesantren dapat diartikan sebagai sekolah yang muatan pelajarannya seluruhnya adalah pelajaran berbasis Agama Islam sedangkan madrasah ada campuran pelajaran umumnya.
Madrasah ada beberapa jenjang, Madrasah Ibtidaiyah(MI) setingkat Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Madrasah Aliyah (MA) setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Singkatnya madrasah jenis ini (formal) adalah sekolah umum dengan tambahan pelajaran agama seperti Aqidah Akhlak, Alquran Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, Fiqih dan muatan lokal. Ada lagi jenis madrasah non-formal yaitu Madrasah Diniyah, madrasah ini mengkhususkan pelajaran -pelajaran agama seperti di pesantren, tapi biasanya waktu belajarnya waktu sore, dan siswanya berasal dari siswa SD atau MI yang ingin merasakan pendidikan pesantren tanpa mengabaikan pendidikan formal, sekarang secara resmi telah diakui sebagai Madrasah Diniyah Takmiliyah (MADTA) dengan tingkatan Ula, Wustho dan Ulya.
Sedangkan pesantren, seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum, kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian muncul istilah pesantren Salaf dan pesantren Modern, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama sedangkan Pesantren Modern menggunakan system pengajaran pendidikan
umum atau Kurikulum.
Pesantren salafi
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi. Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut.] Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.
Contoh pesantren salafi adalah seperti: pesantren
Tebuireng, Krapyak,i
Sidogiri, Darullughoh wa add'wah di Jawa,
PP Darussalam Martapura, Almursyidul Amin, Pamangkih di Kalimantan, dan masih banyak yang lainnya.
Pesantren modern
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya). Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.
Contoh pesantren modern seperti : Ponpes
Darussalam Gontor dan cabang-cabangnya,
Darunnajah, Dar El-Qolam, dan masih banyak lagi yang lainnya
Modernisasi pesantren
Sebab-sebab terjadinya moderenisasi Pesantren diantaranya: Pertama, munculnya wacana gerakan penolakan taqlid dengan jargon “kembali kepada Al-Qur’an dan sunah” sebagai isu sentral yang mulai di tadaruskan sejak tahun 1900. Maka sejak saat tiu perdebatan antara kaum tua dengan kaum muda, atau kalangan reformis dengan kalangan ortodoks/konservatif, mulai mengemukan sebagai wacana public.] Kedua: kian mengemukannya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda. Ketiga, terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk memperbaharui organisasi keislaman mereka yang berkonsentrasi dalam aspek sosial ekonomi. Keempat, dorongan kaum Muslim untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam. Salah satu dari keempat faktor tersebut dalam pandangan Karel A. Steenbrink, yang sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi para pembaharu Islam untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.
Tokoh nasional Dari Latar Belakang Pesantren
Beberapa alumnus pesantren juga telah berkiprah di pentas nasional, yang terkenal antara lain:
- KH. Hasyim Asy'ari Pahlawan Nasional (Pendiri
Jam'iyah Nahdlatul Ulama),
- KH. Ahmad Dachlan, Pahlawan Nasional (Pendiri Muhammadiyah).
- KH. Wahid Hasyim, seorang kyai yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah dua kali menjabat Menteri Agama di Indonesia.
- KH. Abdurrahman Wahid, salah seorang kyai yang terkenal, adalah mantan Presiden Republik Indonesia.
- KH. Hasyim Muzadi (Ketua PB Nahdlatul Ulama),
- KH. Mustofa Bisri lebih dikenal sebagai budayawan dan lain-lain.
Diolah dari :
Wikipedia
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Pesantren (2)"
Posting Komentar