Kitab Matan Al-Ajurrumiyah |
Kemampuan
membaca kitab klasik atau kitab kuning adalah dasar bagi seorang santri dalam
mendalami ilmu-ilmu agama. Tanpa kemampuan ini, perkembangannya di pesantren
akan terhambat. Tidak bisa membaca kitab kuning bagi santri di pesantren,
hampir sama dengan anak-anak yang tidak bisa baca huruf latin di sekolah umum,
karena 90 persen kitab yang digunakan berbahasa Arab.
Untuk bisa
membaca kitab kuning yang tanpa harokat dengan baik dan memahami dengan benar,
diperlukan penguasaan ilmu-ilmu dasar yang dinamakan ilmu alat. Ada banyak
cabang ilmu yang termasuk kategori ini diantaranya Nahwu, Shorof, Mantiq, Lughat, Balaghah, Arud, Qowafi dan
lain-lain.
Nahwu dan
Shorof adalah dasar dari segala ilmu alat, karena kedua ilmu ini membahas
langsung lafadz dan kalimat-kalimat bahasa Arab.Dikatakan Shorof laksana ibu
dan Nahwu adalah bapaknya, yang lahir dari keduanya pemahaman terhadap susunan
kalimat bahasa arab. Kalimat-kalimat bahasa arab terdiri dari dua keadaan,
keadaan satuan-satuan katanya (mufradat), dan keadaan ketika tersusun menjadi
suatu kalimat (jumlah). Pembahasan ilmu shorof adalah tentang perubahan
bentuk-bentuk kata/lafadz bahasa arab. Sedang ilmu Nahwu ranah pembahasannya
ketika kata-kata itu telah tersusun menjadi sebuah kalimat.
Kitab Matan Al-Ajurrumiyah,
tentu tidak asing bagi para santri. Kitab karya Imam Assonhaji ini, adalah
kitab yang sangat terkenal. Pengarangnya adalah Abu Abdillah Muhammad Bin Daud
Assonhaji Al-Ajurrumi Al-Magribi. Tentu saja, karena kitab ini adalah kitab
dasar yang wajib dipelajari bagi siapa saja yang ingin memahami ilmu Nahwu. Kitab
yang sejak ratusan tahun tetap dihapal dan dipelajari oleh jutaan santri di
seluruh dunia, diajarkan dan disyarah oleh para ulama, hingga sekarang. Tentu
ini menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir kepada beliau, sampai
hari kiamat.
Salah satu manuskrip syarah Al-Ajurrumyah |
Walaupun tipis,
kitab ini penuh barakah dan diterima oleh umat Islam. Hal ini bisa jadi karena
keiklasan sang Pengarang yang semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah SWT
ketika mengarangnya. Diceritakan bahwa Syekh Abu Abdillah Muhammad Bin Daud
Assonhaji, pengarang kitab ini, tatkala telah selesai menulis tentang
kaidah-kaidah Nahwu. Kemudian beliau meletakkan karyanya itu di dalam air.
Seraya berkata : “Jika (tulisanku) ini murni/ikhlas karena Allah Ta’ala, maka
ia tidak akan basah…” Ajaib, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran karya
beliau itu tidak luntur karena air.
Riwayat lain menyebutkan, bahwa pada saat Syekh Abu Abdillah Muhammad
merampungkan kary tulis tersebut, beliau berkeinginan menenggelamkan tulisannya
ke dalam air yang mengalir, jika kitab itu terbawa arus, maka berarti karya itu
kurang bermanfaat. Namun bila tulisannya tidak terbawa arus air,maka berarti ia
akan tetap bertahan dikaji orang dan bermanfaat. Sambil meletakkan kitab itu
pada air mengalir, beliau berkata: “Jurruu miyaah…., jurruumiyaah…. “
(mengalirlah wahay air… mengalirlah wahay air…) Anehnya, meskipun telah
diletakkan di air yang mengalir, kitab yang baru ditulis itu tidak dibawa arus
air. Masya Allaah! Dari karena itu lah kitab ini dinamai dengan Al-Ajurrumiyah.
Kitab Matan
Al-Ajurrumiyah telah mendapat perhatian besar dari para ulama. Selain
dipelajari dan dihapal, para ulama juga menyusun kitab-kitab yang menjelaskan
kitab ini, ada lagi ulama lain yang menjadikannya sebuah syair/nazham agar
mudah dihafal, ada juga yang menyempurnakan kata-katanya menjadi sebuah kitab
lain. Juga tidak terhitung yang menerjemahkannya ke dalam bahasa-bahasa lain
dengan dikombinasikan berbagai metode pembelajaran.
Salah satu terjemah Matan Al-Ajurrumyah terbitan Pesantren di Jawa |
Kitab matan
Al-Ajurrumiyah secara umum terdiri dari 4 bab utama : Kalam, I’rab, Af’al dan
I’rab Segala Isim. Adapun kalau diuraikan maka bab-bab di dalamnya, yaitu:
Pembahasan
Kalam : Pengertian Kalam dan
pembagian kalimat serta cirri-cirinya
Bab I’rab : Pengertian
dan pembagian I’rab
Bab mengenal
alamat I’rab : Menjelaskan
bagian-bagian I’rab serta alamat-alamatnya
Fasal :
kesimpulan alamat-alamat I’rab
Bab af’al : menjelaskan
segala fi’il yaitu madhi, mudhari, amar dan hukum-hukumnya
Bab segala isim marfu’ :
menjelaskan segala isim-isim yang hukumnya rofa’ yaitu fa’l, naibul fa’il,
mubtada, khobar, isim kaana dan saudaranya, khobar inna dan saudaranya, serta
masalah na’at, taukid, athof dan badal
Bab segala isim mansub :
menjelaskan segala isim-isim yang hukumnya nashob yaitu maf’ul bih, masdar,
zhorof zaman dan makan, hal, tamyiz, mustatsna, isim laa, munada, khobar kana
dan saudaranya, isim inna dan saudaranya, maf’ulmin ajlihi, maf’ul ma’ah
Bab segal isim majrur : menjelaskan
segala isim-isim yang hukumnya khofad atau jar
Kitab
Al-Ajurrumiyah ini unik, mungkin karena saking ikhlasnya pengarang, tidak ada
didahului mukaddimah pengantar dari beliau, dan hanya ditutup dengan kata-kata
wallohu a’lam, yang makin menegaskan seolah-olah beliau mengarangnya tanpa
direncanakan sedikitpun.
Menurut guru saya waktu di pesantren, orang yang
mampu membaca kitab kuning (menurut sepengetahuan beliau) pasti pernah
menghapal Al-Ajurrumiyah. Dan kata guru saya yang yang lain, jalan mendafat
futuh (terbuka pemahaman ilmu) itu ada dua cara, pertama dihafal dan kedua
ditulis, maka beliau sangat menganjurkan untuk menulis kitab-kitab, termasuk
Matan Al-Ajurrumiyah, dan yang lainnya. Selain tulisan menjadi bagus, juga
melatih kosa-kata dan mengharap keberkahan dari Allah dengan sebab ulama dan
ilmunya…
Cempaka, 2 September 2017
Belum ada tanggapan untuk "Matan Al-Ajurrumiyah (Kitab Pusaka Ilmu Nahwu)"
Posting Komentar