Hari ini 5 Rajab 1434 H, tepat 8 tahun meninggalnya seorang Ulama kebanggaan masyarakat Banjar, yaitu Assyekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani. Rangkaian acara peringatan haul beliau telah dilaksanakan pada hari Ahad 13 Mei 2013 H / 3 Rajab 1434 H tepatnya pada malam Senin, dan dihadiri oleh ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai daerah dari Kalimantan maupun dari luar Kalimantan. Masih melekat di ingatan, di hari kematian beliau ratusan ribu muslimin berbondong-bondong berta'ziyah, larut dalam kesedihan, karena kehilangan seorang sosok panutan kehidupan.
Pagi itu, kami sebagai seorang santri yang masih pemula, di PP Darussalam Martapura, seperti biasa mengikuti pengajian pagi khusus 'ilmu alat yang diasuh oleh Ustadz Syaifuddin Anshari di majelis ta'lim Sabilal Anwar Al-Mubarak. Pengajian memang berlangsung seperti biasa, namun tiba-tiba....
beliau keluar ..dug dug ......dengan wajah sedih beliau menyampaikan bahwa Guru Sekumpul wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un..... majelis langsung di hinggapi kesedihan mendalam, dari mata mereka mengalir air mata tanda bersedih. Air mata ku pun tak bisa di tahan tanpa sadar mengalirkan butiran panas. Namun bukan karena sedih kematian seorang 'Alim, tapi karena sedih mengapa hati ini tidak merasa goncang atas kematian beliau. Padahal Siapa yang tidak merasa sedih atas kematian orang 'Alim maka itu adalah ciri orang munafik. Seperti yang selalu aku baca di bagian bawah poster besar Tiga Habib yang di sebut Tiga Serangkai Dakwah Islam Jakarta, yaitu Habib Salim Bin Jindan, Habin Ali Bungur, dan Habib 'Ali Alhabsyi Kwitang. Di selimuti kesedihan pengajian tetap dilanjutkan seperti biasa.
Hari itu seluruh masarakat Kalimantan Selatan bersedih, berbondong-bondong mereka menuju ke kediaman beliau di Sekumpul. Aku dan temanku Wahab Zamroni orang Kal-Tim---sekarang mondok di Dalwa--- pun menuju ke Sekumpul. Dengan sepeda butut kami ditemani dengan musik khas dari wilayah sepeda rusak... Nyik... Nyik... Nyik.. Seolah menjadi saksi bagi kami diakhirat nanti bahwa kami turut bersedih atas kewafatan seorang yang di kasihi-Nya. Bukan hanya kami yang bersedih tapi langit dan bumi pun menampakkan wajah murungnya, langit seolah ingin menumpahkan air matanya dan mengungkapkan keluh kesahnya atas apa yang akan terjadi dengan dakwah Islam di daerah ini, sepeninggal beliau. Benar saja tidak berapa lama, hujan gerimis membawa rahmat membasahi wilayah Martapura, sedikit menyejukkan perasaan yang sedang galau.
Ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang menuju Sekumpul dari berbagai daerah, luar dan dalam provinsi. Bahkan dari daerah Jawa, sebut saja Hamzah haz yang memang seringkali ke pengajian beliau kalau sedang tugas di daerah ini, menjadi bukti semua itu. Di musholla Ar-Raudhah masyarakat menunggu dengan sabar jenazah beliau akan di sholatkan. Kami tidak bisa masuk ke dalam karena lautan manusia begitu penuh. Sambil sesekali Ulama setempat membimbing jamaah tahlilan untuk menenangkan suasana. Rencana dari pihak keluarga jenazah beliau akan di sholatkan di rumah, dengan secara bergantian diikuti masyarakat. Namun atas inisiatif dari pihak kepolisian jenazah beliau akan di bawa ke musholla.
terlihat beberapa anak SLTA yang masih berseragam sekolahnya, nampak dari muka mereka raut kesedihan, rupanya kematian beliau mengguncang daerah ini tanpa kecuali sampai-sampai instansi pemerintah dan sekolah umum pun turut meliburkan diri.
Pembacaan talqin dipimpin oleh Ayahanda KH. Abdussyukur pimpinan PP. Darussalam Martapura Kalimantan Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan yasin, tahlil dan doa. Wafatnya beliau benar-benar menguncang Kalimantan, dikabarkan seluruh foto-foto yang berkaitan dengan beliau sangat dicari. Bahkan di Kal-Tim kata temanku tadi, ia pada suatu hari diminta keluarganya memasang figura untuk foto Guru Sekumpul di pasar di sana. Ternyata setelah beberapa hari ia ingin mengambilnya, foto tersebut ada yang mencuri.
Koran-koran lokal berlomba-lomba menulis hal-hal yang berkaitan dengan Sekumpul, mulai biografi beliau, sejarah komplek Sekumpul, hingga pengalaman pribadi orang-orang yang pernah kenal dengan beliau. Saking lengkapnya pemberitaan koran-koran, sampai bisa dibuat kliping yang lumayan tebal. Kliping tersebut aku beli seharga Rp. 20.000 di haul ke 2 kalau tidak salah. Selamat jalan Guru kami, semoga semua yang engkau korbankan untuk umat ini, dibalas oleh Allah SWT. Dan kami yang pernah mendengarkan nasehatmu dapat mengamalkannya. Aamiin...
Liputan dari TVRI Banjarmasin
Liputan dari Indosiar
Cempaka 16 Mei 2013
#pernah kami di posting di mywapblog.com
Belum ada tanggapan untuk "Mengenang Abah Guru Sekumpul"
Posting Komentar